Langsung ke konten utama

SAHABAT?

 


 

Sahabat? Apa itu sahabat? Seketika muncul di benak fikiran. Apakah benar ada sahabat? Entahlah. Yang ku tahu adalah orang yang selalu mengajarkan cara menghargai, menolong, dan menopang ku ketika aku sedang tertatih-tatih dalam menyusuri setiap alur perjalanan kehidupan.

Sahabat? Seperti apakah sahabat? Entahlah. Yang ku ketahui adalah bukan dia yang selalu ada, melainkan adanya dia untuk mengingatkan kita pada sang pencipta. Namun ketika kehilangannya menjadikan kita hilang arah, bukan itu yang namanya sahabat!

Sahabat tidak akan pernah menjerumuskan kita ke jurang bencana, dia rela mengorbankan segala hal, entah apapun itu. Tujuannya adalah untuk melihat kita bahagia.

Betulkah kalau adanya dia selalu membuat kita tertawa? Bukan! Sekali lagi itu bukan. Tapi sahabat selalu hadir ketika kita butuh dia, bukan saat kita tertawa, melainkan ketika kita sedang terluka dan se jatuh-jatuhnya. Jangan lepaskan dia, kalau ada yang seperti ini padamu.

Sahabat? Seperti apa sih sikapmu sebenarnya? Jujur! Aku tidak pernah tahu sifat asli engkau seperti apa, kenapa? Karena engkau selalu mampu beradaptasi, menyesuaikan diri, menjaga kondisi hati, dan cara menghargai mu pun aku tidak tahu. Engkau mampu untuk melakukannya, tanpa harus menunjukan pada kita.

Sahabat? Jujur! Sampai saat ini aku tidak tahu seperti apa wajah asli mu, karena setiap engkau datang padaku beragam juga bentuk karakter dirimu. Aku tidak tahu tujuanmu apa, yang ku tahu adalah engkau ingin selalu menghiburku.

Sahabat? Aku mohon! hadirkan dirimu ketika aku merasa bahagia, bukan ketika aku sedang terluka. Karena aku tidak mau selalu membagi kepahitan hidupku padamu. Aku juga ingin membagi kebahagiaan yang ada padaku untukmu.

Sahabat! Engkau layak mendapatkan itu. Iya kebahagiaan itu! Aku mohon! Jalanlah bersamaku ketika aku sudah berhasil, ketika aku sudah bahagia. Karena engkau layak mendapatkan itu, sekali lagi aku katakan. Bahwa engkau layak mendapatkan itu!

Jangan pergi! Tolong jangan pergi! Aku ingin menikmati kebahagiaan ini bersamamu, karena melalui mu lah aku mampu untuk melewati segala ganjalan yang ada.

Sahabat! Ternyata itu benar engkau, hadir ketika aku sedang terjatuh-jatuhnya, sehancur-hancurnya, dan bahkan aku sedang terluka. Bukan hadir ketika aku sedang bahagia saja, bahkan engkau tidak mau mengganggu kebahagiaan itu, dan merelakannya, agar aku bahagia menikmatinya bersama pengkhianat yang ada.

Sahabat, terima kasih atas semuanya.

 

 

Komentar