Engkau,
aku, dia, mereka, dan kita semua pasti sudah pernah mengalami di titik terendah
dalam kehidupan, entah itu di bidang apa, pastinya pernah mengarungi hal itu.
Pahit,
manis, asin, asam, dan rasa yang lainnya bercampur aduk menikmati kegundahan
hati dan pikiran saat itu. Saat di mana, dua alat itu butuh amunisi, dan
kekuatan yang baru untuknya bisa bereksplorasi kembali.
Menegakkan
komitmen diri, merajut asa yang kembali, berjuang demi ikatan batin yang sempat
pergi. Akhirnya kembali dengan semangat juang yang tak henti-hentinya
memotivasi diri.
Namun
kembali lagi, dengan apa yang telah di alami, yang telah menjadikan diri
sebagai budak implementasi yang tak tahu tujuan dari komitmen yang di buat
untuk mengekang diri.
Akhirnya
terjatuh pada situasi yang membingungkan. Mau ke sini salah, mau ke sana salah,
berdiam diri pun tetap salah. Di kondisi inilah terjadinya perdebatan,
pergejolakan, perseteruan antara hati dan pikiran.
Ketidak
singkronan inilah, yang membuat terjadinya ketidak seimbangan dari keduanya,
akhirnya ada yang dominan dan ada yang terabaikan. Bergejolak yang seperti ini
harus kita hindarkan, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, yang
akan membinasakan diri dan mentalnya.
Mungkin
kita semua sudah sering mendengar, bahkan melihat orang-orang yang mengalami
titik terendahnya. Apa yang mereka lakukan? Mungkin saat itu ia bingung apa
yang akan mereka lakukan! Adanya ketidak pastian membuatnya berjuang
mati-matian untuk mencari objek yang siap untuk memberikan komitmennya atau
kepastian darinya. Agar apa? Agar ia terlepas akan jeratan sesaat yang bisa
mematikan.
Saat-saat
seperti ini, kita di perintahkan untuk menerima keadaan, akan tetapi tidak
semudah apa yang di ucapkan.
Sulit
rasanya untuk menerima di suatu kondisi yang tak tahu ujungnya, hanya bisa
menjalankan dan mencoba untuk mencari jalan keluar yang bisa meredakan
semuanya, meskipun hanya sedikit.
Mencoba
berbagai hal, mungkin salah satu jalan untuk keluar dari itu.
Komentar
Posting Komentar