Memilih adalah sesuatu hal yang tak kuasa
untukku tanggung sendiri, dilema sudah pasti, bukan dilema tepatnya, tapi hanya
sedang diuji komitmennya.
Membangun sebuah komitmen tergantung isi
hati yang suka berubah-ubah. Ada saatnya ingin sesuatu yang A, kadang yang B,
bahkan yang C sekalipun.
Sebenarnya bukan dilema, tetapi lebih
menguji, sejauh mana ia bisa memegang kata atau tulisan yang telah ia janji.
Janji yang berupa komitmen untuk bertahan,
berisikan tentang kesepakatan yang telah dijanjikan. Pastinya atas persetujuan mereka
yang melakukan perjanjian.
Ketika hati senang, dan sedang tidak
tertekan, seenaknya saja melontarkan kata indah, memberikan gambaran yang enak-enaknya
saja.
Namun ketika dilanda masalah, ingin segera
mengakhirinya. Begitu mudah mengambil keputusan yang tak sepantasnya untuk
diungkap saat itu juga.
Cobalah lebih dewasa dalam menyikapinya,
menimbang sebelum memutuskan, menyimak sebelum membicarakan, dan berfikir
sebelum mengambil keputusan.
Takut menyesal dikemudian, karena salah dalam
mengambil keputusan. Bukan salah orang-orang, tapi salahkan dirimu sorang.
Tapi, jikalau masalah sudah berjalan, saranku
cepat selesaikan! Agar tidak berkepanjangan, yang akhirnya akan menghancurkan
masa depan.
Sehingga engkau tak fokus dalam
pengembangan potensi diri yang butuh asupan, bukan perkara yang malah
menghancurkan.
Untuk itu, bijaklah dalam memilih! berfikir
terlebih dahulu, menimbang dengan banyak sudut pandang, dan berdoa pada Tuhan,
supaya diberi jalan yang sebenarnya tujuan.
Komitmen, tetaplah komitmen, yang harus di
pertahankan, dan diperjuangkan. Jikalau di tengah jalan merasa salah pilihan,
berhentilah sejenak untuk memberikan pertimbangan.
Jikalau ingin memutar haluan, pastikan
tidak ada yang merasa dikecewakan.
Sekali lagi, dilema bukan sebab memilih
pilihan, akan tetapi lebih menguji komitmen yang telah dijanjikan.
Komentar
Posting Komentar