Dulu,
sejarah kita berbeda, aku sibuk dengan aktivitasku dan kau sibuk dengan
aktivitasmu. Kau sibuk dengan kesenanganmu, dan aku sibuk dengan kesenanganku. Sampai
lupa, kalau kita pernah duduk berdampingan.
Kini,
kita menciptakan sejarah yang sama, di waktu yang sama, di suasana yang sama, dan
di tempat yang sama. Aku bercerita tentangmu, dan kau bercerita tentangku. Sampai-sampai
kita lupa, kalau mata kita beradu tepat bertatap. Hening sementara … sebelum
kau pura-pura batuk, dan membuatku salah tingkah.
Campur
aduk, entah apa yang merasuk, posisi duduk seakan selalu salah. Entah apa yang
dirasa, tidak bisa untuk digambarkan, takut untuk diucapkan, takut tidak sesuai
dengan apa yang di rasakan.
Berbaur
dengan sendirinya, mencampur adukan supaya terasa sama, terlihat sama, dan yang
sebenarnya sama. Aku pasrah, membiarkanmu menikmati indahnya Kata-kata, tertegun
aku melihat tingkahmu, seolah hanya aku yang ada di kelopak matamu. Kubiarkan
dirimu menikmatinya sesaat, sebelum aku mengungkapkan yang sebenarnya.
Lambat
laun kau pun paham, apa yang sebenarnya yang kumaksud, apa tujuanku, dan apa
mauku! Namun aku segera meluruskan pembicaraan, agar berjalan dua arah seperti
apa yang kita inginkan.
Kau
pun bilang, “Aku siap menjadi bunga yang bermekar indah, di wadah yang siap
untuk menampungnya, merawatnya, dan memberikan pupuk serta siraman airnya.”
Kita
pun tertawa, di hadapan bulan yang menjadi saksinya.
Komentar
Posting Komentar