Senyum bahagiamu adalah cita-citaku, mengayuh
sepeda nan jauh tak luput akan doa dan pintamu.
Tuhan pernah bilang, kalau Ridha-Nya
tergantung dari Ridhanya kalian.
Dan … itulah yang terjadi! Perjalanan yang
kurasa sangatlah dini untuk kunikmati sendiri, namun sangat panjang jika kuceritakan
dengan latar belakang yang warni-warni.
Dulu, salah satu dari kalian pernah
melarangku untuk pergi nan jauh, bersikeras bahwa aku tidak diperbolehkan untuk
mencicipi dunia pendidikan jauh dari jangkauan.
Aku pun memberikan alasan, ini, itu, dan
lain sebagainya, supaya kalian mengizinkan.
Namun, kalian lebih memilih untuk
mengatakan tidak!
Aku pun menuruti itu, karena aku berfikir
bahwa Ridhanya Tuhan, terletak pada Ridhanya kalian.
Jikalau langkah pertamaku saja kalian tidak
Ridha, lalu bagaimana nasib panjang perjalananku nanti?
Aku pun menuruti permintaan kalian, atas
dasar keyakinan!
Selama di dalam perjalanan, aku pernah
berfikir untuk mengakhiri kisah. sebab musababnya banyak sekali.
Selain ekonomi, problem pribadi,
hingga tentang faktor bulian menjadi motivasi untuk mengundurkan diri. Menjadi seorang
pecundang, yang tak pernah ada di dalam daftar catatan.
Di tengah situasi bergejolak yang tak bisa
ditolak, aku mendapatkan secercah harapan untuk kembali dengan penuh harapan.
Aku bertemu teman, yang bukan hanya sekedar
teman! Namun sebagai keluarga tanpa ada darah keturunan.
Kami tinggal bersama, di atap rumah yang
sama, di lingkungan kampus yang sama, Mahad Al-jamiah namanya.
Dari sini, aku belajar tentang pembentukan
jati diri yang sesungguhnya. Yang dulu katanya harus dicari, ternyata bukan! Menurutku
jati diri itu dibuat untuk dibentuk, bukan dicari!
Singkat cerita, dengan berbagai proses yang
tak seindah adanya, namun sangat berkesan apabila diingat dengan versi yang berbeda.
Sempat dua tiga kali mencari tempat
persinggahan, namun hanya sebentar aku rasakan kenikmatan.
Entah aku yang terlalu memaksakan agar orang
lain pengertian, atau aku terlalu ego dengan kepentingan. Entahlah, yang aku
rasa semua yang aku pilih atas dasar pertimbangan yang matang.
Kurang lebih empat tahunan aku berkutat di
lingkungan yang membuatku menjadi seseorang.
Sekarang aku kembali dengan harapan kalian,
yang telah membesarkan, yang telah mendoakan, yang telah berjuang mati-matian.
Kalian rela mengubur hidup-hidup impian
yang kalian inginkan, demi melihat kami bahagia dengan sebuah pencapaian.
Setiap sujud yang kalian lakukan, tak lain
dan tak bukan hanya berharap kepada Tuhan, agar kami diberi kemudahan.
Hari ini, aku pulang! Berbekal setitik
embun pengetahuan, dan selebar jarum pengalaman.
Saat ini, impian dan tujuanku hanyalah satu,
ingin melihat senyum indah dibalik banyak rahasia. Ingin melihat tawa bahagia dengan
segala cerita, dan terciptanya sebuah angan baru, menjadi awal cerita yang
bahagia.
Untuk kalian (Ayah dan Ibu), semoga diberi
kesehatan, dan kemudahan di segala urusan.
Komentar
Posting Komentar