Langsung ke konten utama

Bukan paksaan, namun kesempatan!

 


Segala kesibukan selalu menghampiri, entah itu benar-benar sibuk atau malah menyibukan diri. Itu sering kita gunakan sebagai alasan untuk berhenti pada suatu pilihan. Berbicara sibuk, terasa di dalam hati ini untuk menghampiri sebuah kumpulan manusia yang sedang memasuki usia dewasa. Kegiatannya berkecimpung pada teori dan praktek, sering turun kejalanan apabila suara rakyat memanggil, jiwa kesosialannya sangat tinggi, dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar, terutama apa yang sedang ia tanggung.

Dialah mahasiswa! Sebutan untuk mereka yang melanjutkan pendidikan: dari yang Menengah Atas menuju Perguruan Tinggi. Dari yang setiap hari di biasakan untuk disuapkan, kini berubah dia menyuap sendiri, bahkan dialah yang menyuapi yang lain. Suap dalam arti memberi makan. Baiklah, sebagai mahasiswa tentu diuntungkan, karena diusia tersebut sebenarnya sudah masuk dalam usia angkatan kerja bahkan bekerja.

Tapi status tersebut di selamatkan oleh kata “Mahasiswa”, namun itulah pilihan di usia tersebut, kerja atau melanjutkan pendidikan. Tapi sebenarnya, banyak dari mereka ingin kuliah namun tidak memiliki kesempatan untuk menduduku kursi kuliah. Berbagai alasan, namun yang besar adalah masalah biaya.

Sebagai mahasiswa! ada tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat untuk bisa mendapatkan status Sarjananya. Hal ini tentu memiliki ambisi dan tekanan yang luar biasa, seakan-akan itu menjadi bayangan hitam yang selalu hadir menghampiri. Kuliah hanya sebagai perantara untuk bisa mencari sebuah gelar mungkin, pengalaman  bisa jadi, ilmu itu sudah pasti. Kalau untuk kerja, saya rasa pendam niat itu. Tidak kuliah pun kalian bisa kerja, bahkan jadi pengusaha sukses jika mau berproses. Namun kembali lagi ke diri kita masing-masing, mau anggap itu sebagai apa?

Dalam status mahasiswa, ada mahasiswa rajin dan mahasiswa haus ilmu. Dua esensi ini saling bertolak belakang, karena laju atau cepat itu adalah pilihan. Sebenarnya, kita tidak boleh men-just seseorang karena keterlambatannya dalam menyelesaikan study. Lulus cepat atau lambat itu adalah sebuah pilihan, dan masing-masing pilihan tersebut tentu memiliki alasan tersendiri bagi mereka. Dan bisa jadi alasan itu sangat masuk akal, kenapa dia mau lulus cepat ataupun lambat?

Sebenarnya ada beberpa faktor penyebab kenapa dia lulus lama. Bisa jadi ingin mendalami pengetahuan mata kuliah yang sudah-sudah ia lalui, bisa jadi ia memiliki pekerjaan atau jobs sehingga telat dalam menyelesaikan tanggung jawabnya. Namun perlu diketahui, setiap dari mereka pasti memiliki motivasi dalam menjalankan kehidupan, baik itu di luar maupun di dalam perkuliahan. Jadi jangan heran kalau ada mahasiswa: aktif, kritis, teoritis, apatis, bahkan ada sebutan mahasiswa kupu-kupu bagi mereka yang datang, duduk, lalu pulang.

Jadi, semuanya tergantung pilihan. Tidak ada paksaan untuk kita, mau jadi mahasiswa cepat atau lambat, jadi pekerja, jadi pengusaha, jadi guru, dan lain sebagainya. Pilihan adalah penentu kita mau menuju kearah mana, yang pasti harus ada alasan dan tujuan tersendiri kenapa untuk memilih hal tersebut, dan serahkan semuanya kepada Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa.

 

Allah befirman: 

“Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya, Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya." (QS. At-Thalaq: 2-3)

Komentar