Langsung ke konten utama

PUTUSNYA EKOSISTEM, TERIAK KAUM BAWAHAN






Allah SWT, berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal,” (QS. Al-Hujurat:13).

       Bersangkutan dengan ayat Al-Quran di atas, bahwa kita di wajibkan untuk bersosial, berhubungan sesama manusia, agar apa? Agar kita saling mengenal dan saling bahu membahu dalam membantu sesama manusia, tidak peduli apa agamanya, apa sukunya, dan bagaimana latar belakangnya, karena kita sama di hadapan Allah SWT.

        Salam bahagia sobat! Semoga kita selalu sehat wal afiat, di tengah-tengah masa Pandemi Covid-19 ini, dan pada intinya sahabat harus selalu bahagia, meski dalam keadaan suatu apapaun. Adanya surat edaran dari Bapak Gubernur Kalmantan Barat, mengintruksikan agar segala aktifitas masyarakat sebaiknya dilakukan via online, virtual lebih tepatnya work home, meskipun sekarang sudah Now Normal namun tepa juga ini sangat berdampak pada kalangan pelajar terutama saya selaku Mahasiswa yang saat ini sedang menempuh pendidikan S1 di salah satu Perguruan Tinggi yang ada di Kalimanta Barat.


      Awalnya, saya tidak terlalu memusingkan hal ini, malahan sedikit bahagia karena bisa kuliah sambil liburan dirumah. Namun dengan berjalannya waktu, situasi semakin sulit, perkuliahan via online tidak semudah apa yang dibayangkan, sulitnya memahami penjelasan dari dosen, sulitnya untuk aktif menyuarakan opini ketika perkuliahan berlangsung, belum lagi kendala paket, sinyal dan lain sebagainya. Ini diakibatkan karena keterbatasan fasilitas yang memadai untuk di selesaikan setiap problem yang dialami Mahasiswa.

      Ditengah situasi ini, saya mendapat kesempatan untuk mencari beberapa informan yang ada di perdesaan, untuk membatu saya dalam melengkapi tulisan ini, tidak banyak yang saya tanyakan. Hanya berupa dampak dan harapan mereka selama Pendemi Covid-19 ini berlangsung. Tak main-main, merosotnya perekonomian menjadi pringkat pertama dalam setiap jawaban yang saya dapatkan. Ada yang merosot hingga 60%, 50%, bahkan ada yang mencapai 75%. Dan rata-rata yang ekonominya anjlok adalah mereka yang memiliki pekerjaan sebagai petani dan pedagang.

        Bagi petani sulitnya untuk untuk men-supply barang karena tidak adanya atau kurangnya demand dari pengusaha atau dari pasar tertentu membuat mereka kehabisan tindakan untuk mendapatkan biaya mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Terpaksa dari mereka harus tetap mengerjakan ladang mereka meskipun harganya turun hingga 70%, ini sangat berdampak pada petani karet. Salah satu contoh tanpa saya sebutkan namanya, laki-laki Berdomisili di Kabuten Sambas. Beliau adalah salah satu petani karet yang berusia 51 tahun, yang harus tetap noreh meskipun harga karet hanya tersisa Rp.2.500 per Kilogramnya. Yang awalnya mencapai Rp. 7.000 perKilogramnya.

Lihat Juga : Karna Itu!

         Bagi pedagang, kurangnya permintaan dari konsumen membuat dagangan mereka atau penjualan mereka menjadi tidak sebanding, dengan pemasukan dan pengeluaran. Belum lagi mereka yang menjadi tulang punggung keluarga, anak banyak, dan masih banyak lagi yang harus di biayai. Seperti halnya pria di Singkawang berusia 45 tahun yang hari-harinya sebagai pedagang Kue (Apam Pinang) atau yang familiarnya disebut dengan Martabak Manis. Dulu sebelum Covid-19 berlangsung, satu hari beliau bisa menghabiskan 8-9 Kg adonan kue. Namun setelah adanya Covid-19 beliau hanya bisa menghabiskan 2-3 Kg saja perhari. Sungguh angka yang dramatis, hampir 75% penurunan permintaan dari konsumen untuk menikmati Martabak Manis milik Bapak berusia 45 tahun ini.

      Yang begitu seremonialnya, mereka tetap melakukan pekerjaan itu meski hasilnya sangat kurang bahkan tidak memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka, mau berbuat apa selain mengusahakan apa yang sudah ada, meskipun hasilnya jauh dari harapan.

        Itu dua cerita fakta yang saya dapatkan di 2 Kabupaten/Kota yang berbeda, sebenanya banyak cerita fakta lagi yang saya dapatkan, namun tidak bisa saya ungkapkan semuanya di tulisan ini. 2 cerita itu sebagai contoh bahwa sangat berdampaknya Covid-19 ini bagi kalangan masyarakat bawah. Rantai perekonomian ini terputus hingga membuat menjerit kalangan bawah, yang harus banting tulang lebih hanya untuk bertahan hidup. Bagi kalangan menengah ke atas, Bukan mereka tidak mau membeli, tetapi mau di salurkan kemana barang-barang itu, mereka hanya bisa memenuhi kebutuhan hidup meraka, dan lebih banyak menabung untuk persediaan kedepannya.

        Jadi, apapun kondisi kita saat ini, tetap bersyukurlah pada Yang Maha Kaya dan Maha Mengetahui, kita hanya bisa berdoa semoga Virus Corona atau Covid-19 ini cepat berlalu sehingga okosistem perekonomian serta aktifitas masyarakat dapat berjalan seperti biasanya di sedia kala. Kita tidak bias menyalahkan siapa pun, karena memang virus ini menghentikan aktivitas manusia disegala bidang. Bukan menghentinkan lebih tepatnya adalah menjarak jauhkan sesama manusia. Kita percayakan ini kepada Alloh SWT, dengan memperhatikan protokol kesehatan, agar kita semua terhindar dari paparan Covid-19.


Komentar