Kejamnya luka yang engkau dapatkan, mempengaruhi gerak gerik kehidupan yang engkau
jalani. Rasa takut terus menghantui, seakan semua yang mencoba dekat, engkau
anggap sama seperti dia yang tak punya hati nurani.
Aku
tak menyalahkan, tapi aku menghargai hati yang sedang dibangun kembali. Engkau
bilang, “Aku sudah mampu untuk kembali ke zona asal, yang mana semuanya sama.”
Tapi terkadang, engkau masih bimbang. Meskipun engkau mampu mengusirnya dari
zona nyaman, yang terpatri indah di lubuk hati.
Tetapi,
ketika ada hati yang mencoba untuk menyemainya kembali, engkau bilang, “Aku
Takut! Takut hanya hati ini berharap lebih, namun tidak ada tindakan kembali.”
Aku hargai, memang susah nyaman, menyemai kembali hati yang sudah dikhianati.
Seperti Tanah yang sudah banyak mengandung zat kimia lebih, akan sulit kembali
hidup tanaman yang mulai ditanam.
Tapi,
sekiranya aku mampu untuk bisa mengobati, sepercik luka yang pernah engkau
alami, maka izinkanlah aku untuk mendalami, sebesar apa luka yang pernah
ditorehkan sehingga engkau trauma untuk mengulangnya kembali.
Sekiranya
aku bisa, tolong izinkanlah aku memeretelinya, mencari kabel-kabel mati yang
sudah tidak berfungsi, lalu menggantikannya dengan kabel baru yang siap
mengalirkan energi positif, sehingga mampu untuk meneranginya kembali.
Sekiranya
aku salah, tolong berikan arah, supaya aku tidak tersesat di jalan yang tanpa
arah, sehingga tidak mematahkan semangat juang yang sudah tertanam sejak waktu
yang lama.
Terima
kasih sudah memberikan kesempatan. Sehingga semangat juang kembali terulang.
Meskipun di wadah yang baru aku temukan. Lebih tepatnya bukan baru di temukan,
tetapi baru berani untuk di tempatkan.
Semoga
ungkapan, yang terpatri indah di dalam ucapan, mampu memberikan tindakan, yang
seperti engkau inginkan. Agar perjuangan, mendapatkan hasil yang sepadan dengan
proses yang dijalankan.
Komentar
Posting Komentar