Langsung ke konten utama

Takutmu, Adalah Semangat Juangku


 

Kejamnya luka yang engkau dapatkan, mempengaruhi gerak gerik kehidupan yang engkau jalani. Rasa takut terus menghantui, seakan semua yang mencoba dekat, engkau anggap sama seperti dia yang tak punya hati nurani.

Aku tak menyalahkan, tapi aku menghargai hati yang sedang dibangun kembali. Engkau bilang, “Aku sudah mampu untuk kembali ke zona asal, yang mana semuanya sama.” Tapi terkadang, engkau masih bimbang. Meskipun engkau mampu mengusirnya dari zona nyaman, yang terpatri indah di lubuk hati.

Tetapi, ketika ada hati yang mencoba untuk menyemainya kembali, engkau bilang, “Aku Takut! Takut hanya hati ini berharap lebih, namun tidak ada tindakan kembali.” Aku hargai, memang susah nyaman, menyemai kembali hati yang sudah dikhianati. Seperti Tanah yang sudah banyak mengandung zat kimia lebih, akan sulit kembali hidup tanaman yang mulai ditanam.

Tapi, sekiranya aku mampu untuk bisa mengobati, sepercik luka yang pernah engkau alami, maka izinkanlah aku untuk mendalami, sebesar apa luka yang pernah ditorehkan sehingga engkau trauma untuk mengulangnya kembali.

Sekiranya aku bisa, tolong izinkanlah aku memeretelinya, mencari kabel-kabel mati yang sudah tidak berfungsi, lalu menggantikannya dengan kabel baru yang siap mengalirkan energi positif, sehingga mampu untuk meneranginya kembali.

Sekiranya aku salah, tolong berikan arah, supaya aku tidak tersesat di jalan yang tanpa arah, sehingga tidak mematahkan semangat juang yang sudah tertanam sejak waktu yang lama.   

Terima kasih sudah memberikan kesempatan. Sehingga semangat juang kembali terulang. Meskipun di wadah yang baru aku temukan. Lebih tepatnya bukan baru di temukan, tetapi baru berani untuk di tempatkan.

Semoga ungkapan, yang terpatri indah di dalam ucapan, mampu memberikan tindakan, yang seperti engkau inginkan. Agar perjuangan, mendapatkan hasil yang sepadan dengan proses yang dijalankan. 

Komentar