Langsung ke konten utama

YANG TAK TERDUGA

 


Pribadi ini selalu membayangkan hal-hal yang menjadi tujuan masa depan, tujuan yang mungkin tak semua orang sejalan dengan pemikiran. Memang harus begitu, terkadang jika ingin didepan, kita harus berbeda dari yang lain, terutama cara pandang dan sikap kita dalam menyelesaikan suatu masalah. Masalah datang bukan dengan sendirinya, melainkan sebab dan akibat mungkin dari perbuatan kita di masa lalu yang sengaja di datangkan oleh Tuhan agar kita kuat kelak dalam menjalankan hidup dan menyelesaikan segala masalah.

Kita begitu tabu Ketika dihadapi dengan serangan masalah yang bertubi-tubi, tanpa henti hingga tubuh ini tak mampu untuk berdiri. Muka ruwet, keluh kesah sana sani, selalu di lotarkan akibat tak siap dalam menerima ujian.

Jika boleh dipinta, pasti semua orang akan me-request untuk diberitahu terlebih dahulu sebelum masalah dan ujian itu datang padanya. Agar bisa mempersiapkan diri dengan matang untuk menghadapinya, seperti pahlawan kita dalam merebuk kemerdekaan ditangan penjajah waktu itu. Namun jika kita bandingkan, maka hal yang sangat berat sekarang ini adalah melawan diri kita sendiri, meyakinkan diri bahwa masalah ini, ada timbal baliknya kedepan, seperti awal-awal tadi penulis sebutkan.

Tak khayal, akan ada pahlawan yang menang bukan melawan tantara musuh, atau serangan bom bertubi-tubi, melainkan menang dalam menghadapi musuh yang sesungguhnya. Siapakah dia? Ini patut ditanyakan pada diri kita sendiri. 

Selain itu juga, seringkali kita pikirkan dan kita rencanakan apa yang harus di perjuangkan dan apa yang harus direlakan. Dan itu selalu menjadi prioritas dalam menjalankan kehidupan, hari demi hari selalu diperjuangkan untuk mendapatkan hal yang masih dirawang-rawang. Semua orang mentertawakan bahkan sampai ibah melihat tingkah yang tak semestinya dipertunjukan.

Kejutan segala kejutan selalu menghampiri, hal yang menurut kita benar kadangkala menjadi prioritas utama, sedangkan yang bukan sebagai prioritas kadangkala dikucilkan, lalu hilang. Terlalu dini untuk menyimpulkan kalau itu tak ada manfaatnya, sehingga tak dihiraukan dan menjadi kenangan yang hilang ditelan masa.

Namun, setelah prioritas itu dijalankan kadangkala banyak hambatan dan tak sesuai perencanaan, emosi pun menjad-jadi sehingga ingin membrontakan untuk melepaskan semuanya, dan menyalahkan segala hal yang menjadi penghambat dalam mencapai titik itu.

Cobalah untuk sedikit menerima apa saja yang terlebih dahulu diberikan, jangan emosi apalagi memaki, bisa jadi hal yang tak kita sukai adalah yang terbaik untuk kita miliki, dan sebaliknya bisa jadi yang sangat kita sukai dan selalu menjadi prioritas kita, adalah hal buruk yang tak baik untuk kita.

Sabar adalah kunci untamanya dalam mencoba menerima apa yang telah diberikan, dibalik kesabaran tersimpan rahasia besar yang tak semua orang mengetahuinya, kecuali Tuhan yang mempunyai kuncinya. Syukuri dan nikmati prosesnya, InsyAllah akan indah pada waktunya.


Komentar

Posting Komentar