Pagi
yang damai membersamai waktu itu, menikmati puing-puing kebahagiaan yang akan
tercipta dalam sekejap. Tuhan punya rencananya tersendiri untuk melihat
kemekaran indah yang tercipta di wajah hambanya, senyum yang tanpa indikasi dan
provokasi, menunjukan eksistensinya dan mengklaim bahwa dia bahagia benar-benar
bahagia.
Sulit
untuk kita berikan dengan sekejap mata untuk teman dekat misalnya, kekasih,
keluarga, bahkan orang tua. Itulah salah
satu kekuatan yang di miliki Tuhan, untuk membuktikan Dialah segalanya, yang
memiliki alam semesta ini, dan ini juga membuktikan bahwa semua mahluk yang
diciptakannya adalah bentuk kasih sayangnya kepada para hambanya, dan harus ia
bahagia kan semuanya.
Tanpa
melihat pangkat, jabatan, harta, tahta dan lain sebagainya. Ini menunjukan
bahwa kita semua sama di mata Tuhan sebagai hambanya yang harus ia kasih dan
sayangi, tanpa melihat seberapa kaya dan miskinnya kita, tanpa melihat seberapa
bagus dan buruknya kita, dan lain sebagainya. Karen Tuhan tahu, di posisi
sekarang inilah hambanya akan bahagia, dengan segala cara dan pengorbanannya.
Namun,
tingginya ekspektasi membuat hamba ingin lebih dari ini, padahal senyum bahagia
sudah menghampiri. Kurangnya bersyukur akan nikmat yang sudah diberikan
merupakan benih-benih timbulnya cikal bakal kefakiran untuknya.
Tidak
pernah memikirkan bahwa Tuhan itu lebih tau dari kita, dia yang menciptakan
kita dengan segala resiko yang ada, bahkan menjadikan kita sebagai khalifah di
bumi untuk menjaga dan merawat apa yang ada di bumi ini. Namun kurangnya rasa
syukur membuat kita menjadi kufur.
Coba
renungkan kembali, kita tidak perlu lebih untuk mengukir senyum di wajah yang
lugu ini, cukup menikmati apa yang sudah berikan, bersyukur akan kebahagiaan
kehidupan yang sudah Tuhan rencanakan untuk kita. Setiap kita punya masa, maka
jangan heran kalau ada sedikit perbedaan Tuhan memberikan kebahagiaan kepada
kita, karena setiap zaman dan masa pasti berbeda kondisi yang dihadapi. Untuk
itu syukuri dan nikmati, maka tercipta senyum indah dan bahagia luar biasa,
memancarkan keindahannya di wajah kita.
“Semua
hamba sama, namun cara bahagia setiap hamba itu berbeda, maka jangan salahkan
Tuhan jika memposisikan kita berbeda-beda. Tapi tujuannya tetap satu, ingin
melihat kita sebagai hambanya bahagia.”
Komentar
Posting Komentar