Langsung ke konten utama

Maaf! Aku terlalu buta.

 



Bodohnya aku, menyia-nyiakan orang yang benar-benar tulus ingin bersamaku. Aku terlalu buta, membiarkannya bernostalgia dengan perasaannya sendiri. Membiarkannya menahan tangis yang tak berkesudahan akibat ulahku. Membiarkannya seperti orang yang tak tahu arah pulang.

Bodohnya aku. Menyia-nyiakan orang yang benar-benar tulus menerima aku apa adanya. Dia tidak melihat siapa aku? Dia tidak pernah berfikir idealis dan materialistis terhadapku. Yang dia pikirkan hanyalah ingin tertawa dan bahagia bersamaku.

Bodohnya aku. Aku membiarkannya begitu saja, aku tidak peduli dengan apa yang dia rasakan, malahan aku menjauh, sejauh ia tidak bisa melihatku

Bodohnya aku, memilih orang lain, yang sedikit pun tidak ada rasa padaku. Memilih orang lain yang aku mencintainya, namun ia ogah menerima itu. Memilih orang lain, yang akhirnya aku berjuang sendiri, dan rasa ini bertepuk sebelah tangan.

Sekarang aku kembali. Kembali kepada dia yang dulu sangat mengagumiku. Namun sayang, semuanya terlambat. Dia sudah bahagia dengan orang yang tepat, dia sudah berhasil menghapus luka yang pernah kutoreh, dan dia sudah mampu membuang jauh rasa, yang sempat menggelogoti kebahagiannya.

Sekarang dia berhasil, berhasil melupakan orang yang pernah menyia-nyiakannya, berhasil menghapus luka yang pernah bersarang di dadanya, dan berhasil mengembalikan raut kebahagian yang pernah ia rasa di dahulu kala.

Dan sebaliknya, aku gagal! Gagal memiliki orang yang tak pernah sedikit pun ada rasa terhadapku. Gagal membuatnya jatuh di pangkuanku. Dan gagal menaruh rasa nyaman terhadapnya.

Akhirnya, aku kehilangan kedua-duanya. Orang yang memperjuangakanku dan orang yang kuperjuangkan. Satu pergi dengan rasa yang baru, dan satu pergi dengan tidak pernah ada rasa.

Terima kasih pengalaman! dengan kejadian ini, aku bisa belajar. Belajar untuk bisa menghargai orang yang sedang berjuang untuk bisa bersamaku, belajar! yang bukan hanya bisa memperjuangkan, akan tetapi menghargai perjuangan.

Biarlah ia yang pernah aku perjuangkan pergi, aku bisa belajar darinya, untuk menghargai perjuangan mereka yang sedang memperjuangkanku. Memilih boleh, tapi tidak untuk menolak!    

Komentar