Doa
selalu berkumandang, usaha telah dikerahkan, hasilnya tinggal Tuhan yang menentukan.
Banyak cara yang bisa untuk dilakukan, tinggal bagaimana cara untuknya menggerakkan.
Memilih jalan yang menurutnya layak untuk dilalui, memilih jalan yang pantas
untuknya meninggalkan cerita lama, dan membuat jalan yang bisa untuk memberikan
contoh pada mereka yang membutuhkan.
Tapi,
apalah arti dari semua ini, jika tidak memunculkan raut bahagia di wajah, dan
hati yang bersahaja. Melakukan segala cara, untuk bisa merasa tenang dan
bahagia seperti mereka. Mungkin apa yang kita lihat tentang kebahagiaannya,
adalah luka yang mendalam yang ia rasa, adalah luka yang pedih untuk diungkapkan
olehnya, lalu ia pendam, lalu ia balas dengan senyum palsu yang meresahkan.
Kalau
boleh saran! Coba deh lepas kebohongan yang engkau pasang! Cobe deh lepas ke
pura-puraan yang selalu bersemayam! Aku muak dengan segala hal yang kau buat,
tapi esensinya bukan engkau yang pegang erat.
Percuma
kawan! Engkau pasti akan letih dengan kepribadian yang engkau buat-buat. Kelak engkau
pasti akan merasakan, bagaimana rasanya ketika sudah tak dipandang, dan bagaimana
rasanya seperti sampah dibuang.
Hei
… engkau hanya dimanfaatkan! Kau hanya diletihkan! Engkau hanya dibuat seperti
robot yang selalu bergerak, tanpa memandang banyak hal yang engkau rusak. Engkau
sudah dipermainkan!
Hei
… sadar! Aku bukannya sok-sokan untuk menceramahi, tapi aku peduli, empati
dengan rasa yang engkau implementasikan sejak dini. Padahal itu bukan untukmu
sendiri, tapi untuk mereka yang sok akan simpati.
Ah
… sudahlah, percuma aku mengaung seperti ini, jika tidak ada tindakan dari
dirimu sendiri. Aku hanya bisa mendoakan, semoga engkau lekas menemukan jati
diri! Diri yang seharusnya engkau bahagiakan, bukan engkau terlantarkan seperti
tak bertuan.
Coba
tengok diri! Sebelum tengok orang!
Komentar
Posting Komentar