Langsung ke konten utama

Akar Menjalar …

 



Kukira akar, ternyata kaki yang sedang terbujur kaku di kamar. Kukira akar yang melakukan pergerakan, ternyata sedang Asik mendengarkan celotehan idola di Instagram, sampai lupa pada mimpi yang ingin diselam. Terlalu asik bermain di zona nyaman, sampai lupa dengan kondisi jalanan.

Teringat ucapan Soe Hok Gie, “Orang-Orang seperti kita, tidak pantas mati di tempat tidur.” Benar saja, orang tersebut mati terhormat di gunung Semeru. Sungguh sungkan untuk mengucapkan, apa yang sedang ia perjalankan. Ia rela meregang napas di tempat yang membentuk jati dirinya.

Itu adalah sebuah pilihan, yang menjadikan mereka susah nyaman di zona yang mereka inginkan, lebih tepatnya zona yang sebab atas pilihan. Mereka memilih untuk bergerak, karena ada tujuan yang harus dicapai, bukan hanya guling sana dan sini, lalu membuat janji pada diri sendiri ingin mandiri, namun tidak ada tindakan yang mewakili diri.

Ingin sukses, tapi tidak mau berproses. Ingin bahagia, tapi lupa caranya bahagia. Mau mandiri, tapi tidak ada usaha dari diri sendiri.

Ah dasar, aku terlalu memanjakan diri.

Padahal berasal dari sebongkah senyawa, yang menjelajar di kehidupan nyata. Tanpa meminta, membuka dan menutup mata di tempat yang sama.

Percuma membohongi diri, kalau hanya untuk memberikan harapan yang tak pasti. Berjalan seperti orang yang mati, dilihat hanya sebatang tulang yang kulit dibeliti.

Kalau ingin seperti akar, yang menjalar tanpa perintah orang luar. Berjalanlah mandiri, seperti orang tahu tujuan diri. Bukan hanya sekedar menjalar, tapi tidak tahu arah jalan akarnya.

Coba saja, jikalau itu memang jalannya, pasti akan dipermudah dengan segala cara yang ada.  

Komentar