Langsung ke konten utama

Sesederhana itukah?


 

Sewaktu pulang kampung, aku diajak menemani Bapak untuk mengangkat bubu. Buat teman-teman yang tidak tahu bubu, bubu itu sejenis perangkap ikan yang disebarkan di banyak sungai dan lautan. Bukan hanya ikan yang terperangkap, udang, ular, kepiting, bahkan perasaanmu juga. Hehe canda ya!

Sejak pertama kali aku ikut, ada magnet yang seakan selalu membawaku untuk hadir ke sana. Suananya tenang, jauh dari hiruk pikuk kebisingan, dan bisa menetralkan suasana sebelum kembali ke dunia perang. Mungkin itu salah satu sebab, kenapa setiap kali pulang aku ingin terus untuk ikut Bapak ke laut.

Padahal waktu dulu, di masa remajaku, tidak mau aku ikut ketika diajak ke sana, atau berbau tentang itu. Mungkin bosan, karena sebelumnya setiap akhir pekan liburanku selalu di laut, menyisiri tepian sungai yang membentang luas, perahu sederhana sebagai alat pembawanya, dan lompatan ikan serta banyaknya udang sebagai hiburannya.

Menurutku dulu biasa saja, tidak ada yang bagusnya, kecuali dapat udang gala, yang sebesar paralon rumah tangga. Selain itu? Tidak ada rasanya.

Candu itu baru datang membelenggu. Membawa suasana baru, menghempaskan diri pada aktivitas yang ambigu. Aku pernah naik bukit, yang rasanya sungguh indah di pagi hari. Aku juga pernah ke pantai dan pulau, yang menemani hari di saat matahari tenggelam dan bergantian dengan bulan.

Namun ketika di laut, aku merasakan keduanya. Suasana hening, hempasan gelombang menghiasi dan menemani tat kala bulan dan matahari bergantian untuk menyinari.

Ah … rasanya terlalu berlebihan aku memuji, yang pada dasarnya semua ciptaan Tuhan memang layak untuk disyukuri.

 

Komentar